Diksi dan Kalimat
Efektif
Pengertian Diksi :
Diksi menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu pilihan kata
·
Diksi dalam arti aslinya dan pertama, merujuk pada
pemilihan kata dan gaya ekspresi oleh penulis atau pembicara. Arti kedua
“diksi” yang lebih umum digambarkan dengan enunsiasi kata seni berbicara jelas
sehingga setiap kata dapat didengar dan dipahami hingga kompleksitas dan
ekstrimitas terjauhnya. Arti kedua ini membicarakan pengucapan dan intonasi
daripada pemilihan kata dan gaya.
(Wikipedia : Diksi)
·
Plilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata –
kata mana yang harus dipakai untuk mencapai suatu gagasan, bagaimana membentuk
pengelompokan kata – kata yang tepat atau menggunakan ungkapan – ungkapan, dan
gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi.
·
Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan
secara tepat nuansa – nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan
kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai
rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar.
·
Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan
oleh penguasa sejumlah besar kosa kata atau perbendaharaan kata bahasa itu.
Sedangkan yang dimaksud pembendaharaan kata atau kosa kata suatu bahasa adalah
keseluruhan kata yang dimiliki suatu bahasa.
Fungsi Diksi
Fungsi Pilihan kata atau Diksi adalah Untuk memperoleh keindahan guna
menambah daya ekspresivitas. Maka sebuah kata akan lebih jelas, jika pilihan
kata tersebut tepat dan sesuai. Ketepatan pilihan kata bertujuan agar tidak
menimbulkan interpretasi yang berlainan antara penulis atau pembicara dengan
pembaca atau pendengar, sedangkan kesesuaian kata bertujuan agar tidak merusak
suasana. Selain itu berfungsi untuk menghaluskan kata dan kalimat agar terasa
lebih indah. Dan juga dengan adanya diksi oleh pengarang berfungsi untuk
mendukung jalan cerita agar lebih runtut mendeskripsikan tokoh, lebih jelas
mendeskripsikan latar waktu, latar tempat, dan latar sosial dalam cerita
tersebut.
Denotatif dan Konotatif
·
Denotatif
Makna Denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit. Makna wajar
ini adalah makna yang sesuai dengan apa adanya. Denotatif adalah suatu
pengertian yang dikandung sebuah kata secara objektif. Singkatnya, makna
Denotatif adalah kata kata yang umum dan tidak menimbulkan efek kiasan.
·
Konotatif
Makna
konotatif adalah makna asosiatif, makna yang timbul dari sikap sosial, sikap
pribadi, dan kriteria tambahan yang dikenakan pada sebuah makna konseptual.
Dengan kata lain, Konotatif adalah kiasan dari Denotatif yang merujuk pada
kalimat atau kata khusus yang professional.
Contoh
Pemakaian Kata Denotatif dan Konotatif :
1. D à Buah Apel itu
manis dan lezat.
K à Warna merah
Buah Apel itu sangat menggoda.
Pada makna Denotatif dan Konotatif diatas, terlihat
jelas sekali keduanya memiliki makna atau arti yang sama. Bahasa Denotatif dari
kalimat di atas adalah manis dan lezat, makna umum yang memang ditujukan untuk
sesuatu yang bisa dimakan. Konotatif pada contoh diatas merujuk pada perasaan
atas apa yang dia lihat dan dia rasakan ketika melihat buah Apel itu.
2. Perhatikan kalimat berikut ini :
“Bapak itu banting tulang agar dapat menafkahi keluarganya”
Makna Denotatif pada
kalimat ini adalah “Banting” dan “Tulang. Maksudnya makna “Banting Tulang”
adalah bekerja keras. Maka dari itu, makna banting tulang tersebut adalah makna
Konotatif
KALIMAT EFEKTIF
2.1 Pengertian Kalimat Efektif
Kalimat
efektif adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa baik ejaan maupun tanda
bacanya sehingga mudah dipahami oleh pembaca atau pendengarnya. Dengan kata
lain, kalimat efektif mampu menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pendengar
atau pembacanya seperti apa yang dimaksudkan oleh penulis.
Suatu kalimat dapat
dikatakan sebagai kalimat efektif jika memiliki beberapa syarat sebagai
berikut:
1. Mudah dipahami oleh pendengar atau pembacanya.
2. Tidak menimbulkan kesalahan dalam menafsirkan
maksud sang penulis.
3. Menyampaikan pemikiran penulis kepada pembaca
atau pendengarnya dengan tepat.
4. Sistematis dan tidak bertele-tele.
2.2 Prinsip-Prinsip Kalimat Efektif:
a.
Kesepadanan Struktur
Kespadanan adalah
keseimbangan antara gagasan atau pemikiran dengan struktur bahasa yang dipakai
dalam kalimat. Kesepadanan dalam kalimat ini diperlihatkan dengan adanya
kesatuan gagasan dan kesatuan pikiran. Ciri-ciri kalimat yang memiliki
kesepadanan struktur, yaitu:
o Memiliki subjek dan
predikat yang jelas. Contoh:
- Bagi semua siswa kelas 2 harus
mengikuti kegiatan study tour. (Tidak efektif)
- Semua siswa kelas 2 harus mengikuti
kegaiatan study tour.
(Efektif)
Untuk menghindari
ketidak jelasan subjek, hindarilah pemakaian kata depan (Preposisi) di depan
Subjek.
o Tidak memiliki subjek
yang ganda di dalam kalimat tunggal. Contoh:
- Pembangunan Jalan itu kami dibantu
oleh semua warga desa. (Tidak Efektif)
- Dalam membangun jembatan itu, kami
dibantu oleh semua warga desa. (Efektif)
b.
Kepararelan Bentuk
Kalimat efektif
memiliki kesamaan bentuk kata yang digunakan di dalam kalimat. Yang dimaksud
dengan kesamaan bentuk kata adalah jika kata pertama berbentuk verba, maka kata
selanjutnya berbentuk verba. Namun, jika kata pertama berbentuk nomina, maka
kata selanjutnya berbentuk nomina. Contoh:
- Langkah-langkah
dalam menulis kalimat efektif adalah memahami, mengetahui, dan pengaplikasian
definisi kaliamt efektif. (Tidak efektif)
- Langkah-langkah
dalam menulis kalimat efektif adalah memahami, mengetahui, dan mengaplikasikan
definisi kalimat efektif. (Efektif)
c.
Kehematan Kata
Kalimat efektif tidak
menggunakan kata-kata atau frasa yang tidak perlu digunakan. Untuk menghindari
pemborosan kata di dalam kalimat, hal yang harus diperhatikan adalah:
o Menghindari unsur yang
sama pada kalimat majemuk. Contoh:
àSaya tidak
suka buah apel dan saya tidak suka duren. (Tidak efektif)
àSaya tidak suka buah
apel dan duren. (Efektif)
o Menghindari
kesinoniman dalam kalimat. Contoh:
à Saya hanya
memiliki 3 buah buku saja. (Tidak efektif)
à Saya hanya
memiliki 3 buah buku. (Efektif)
o Menghindari penjamakan
kata pada kata jamak
à Para
mahasiswa-mahasiswa berunjuk rasa di depan gedung
rektorat. (Tidak efektif)
àPara mahasiswa
berunjuk rasa di depan gedung rektorat.
(Efektif)
d.
Kecermatan
Cermat dan tepat dalam
memilih kata sehingga tidak menimbulkan kerancuan dan makna ganda. Contoh:
à Guru baru
pergi ke ruang guru. (Tidak efektif)
à Guru yang
baru pergi ke ruang guru. (Efektif)
e.
Ketegasan
Kalimat efektif
memberikan penegasan kepada ide pokonya sehingga ide pokonya menonjol di dalam
kalimat tersebut. Berikut cara
memberikan penegasan pada kalimat efektif.
o Meletakan kata kunci
di awal kalimat. Contoh:
à Sudah saya
baca buku itu. (Tidak efektif)
à Buku itu
sudah saya baca. (Efektif)
o Mengurutkan kata
secara bertahap. Contoh:
à Pertemuan itu
dihadiri oleh menteri pendidikan, gubernur dan
presiden. (Tidak efektif)
à Pertemuan itu
dihadiri oleh presiden, menteri pendidikan dan
gubernur. (Efektif)
f.
Kepaduan
Kalimat efektif
memiliki kepaduan pernyataan sehingga informasi yang disampaikan tidak
terpecah-pecah. Contoh:
à Budi
membicaran tentang pengalaman liburannya. (Tidak
efektif)
à Budi
membicarak pengalaman liburannya. (Efektif)
g.
Kelogisan
Ide kalimat dalam
kaliamat efektif dapat diterima atau dimengerti oleh akal dan sesuai dengan
kaidah EYD. Contoh:
à Waktu dan
tempat kami persilahkan! (Tidak efektif)
à Bapak kepala
sekolah kami persilahkan! (Efektif)
Demikianlah
prinsip-prinsip dalam kalimat efektif yang harus ada atau dipenuhi dalam
pembuatan kalimat efektif agar tujuan komunikatif kalimat tersebut dapat
tersampaikan dengan jelas kepada pendengar atau pembacanya.
2.2 Jenis Kesalahan Dalam Menyusun Kalimat
1.
Pleonastis
Pleonastis atau
pleonasme adalah pemakaian kata yang mubazir (berlebihan), yang sebenarnya
tidak perlu. Contoh kalimat yang mengandung kesalahan pleonastis antara lain:
à Banyak
tombol-tombol yang dapat Anda gunakan.
2.
Kontaminasi
Contoh kalimat yang mengandung
kesalahan kontaminasi dapat kita lihat pada kalimat berikut ini:
à Fitur
terbarunya Adobe Photoshop ini lebih menarik dan bervariasi.
Kalimat tersebut akan
menjadi lebih efektif apabila akhiran –nya dihilangkan.
ü Fitur terbaru Adobe Photoshop ini lebih menarik dan
bervariasi.
3.
Salah pemilihan kata
Contoh:
à Saya mengetahui kalau ia kecewa.
ü Saya mengetahui bahwa ia kecewa.
4.
Salah nalar
Contoh:
à Bola gagal masuk gawang.
ü Bola tidak masuk gawang.
5.
Pengaruh bahasa asing atau daerah (interferensi)
o Bahasa asing
à Saya tinggal
di Semarang di mana ibu saya bekerja.
Kalimat ini bisa jadi
mendapatkan pengaruh bahasa Inggris, lihat terjemahan kalimat berikut:
“I live in
Semarang where my mother works.”
Dalam bahasa
Indonesia sebaiknya kalimat tersebut menjadi:
ü Saya tinggal di Semarang tempat ibu saya bekerja.
o Bahasa daerah
à Anak-anak
sudah pada datang.
Dalam bahasa
Indonesia sebaiknya kalimat tersebut menjadi:
ü Anak-anak sudah datang.
6.
Kata depan yang tidak perlu
à Di program
ini menyediakan berbagai fitur terbaru.
Agar menjadi efektif,
sebaiknya kita menghilangkan kata depan di, sehingga kalimatnya menjadi:
ü Program ini menyediakan berbagai fitur terbaru.
2.3 Beberapa Hal
Yang Mengakibatkan Suatu Tuturan Kata Menjadi Kurang Efektif
1.
Kurang padunya kesatuan gagasan.
Setiap tuturan terdiri
atas beberapa satuan gramatikal. Agar tuturan itu memiliki kesatuan gagasan,
satuan-satuan gramatikalnya harus lengkap dan mendukung satu ide pokoknya. Kita
bisa melihat pada contoh berikut:
“Program aplikasi MS
Word dapat Anda gunakan sebagai pengolah kata. Dengan program ini Anda dapat
melakukan berbagai aktivitas perkantoran seperti mengetik surat atau dokumen.
MS Word adalah produk peranti lunak keluaran Microsoft.”
Kalimat-kalimat pada
contoh tersebut tidak mempunyai kesatuan gagasan. Seharusnya setelah
diungkapkan gagasan tentang “fungsi MS Word” pada kalimat pertama, diungkapkan
gagasan lain yang saling bertautan.
2.
Kurang ekonomis pemakaian kata.
Ekonomis dalam
berbahasa berarti penghematan pemakaian kata dalam tuturan. Sebaiknya kita
menghindari kata yang tidak diperlukan benar dari sudut maknanya, misalnya:
“ Cuaca hari ini sangat begitu
panas”
Penggalan Kalimat ini
sangat tidak efektif karena kata “Begitu” pada kalimat ini sangatlah tidak
perlu. Lebih baik kalimat tersebut menjadi
“Cuaca hari
ini sangat panas”
3.
Kurang logis susunan gagasannya.
Tulisan dengan susunan
gagasan yang kurang logis dapat kita lihat pada contoh berikut:
“Karena zat putih
telurnya itulah maka telur dan dagingnya ayam itu sangat bermanfaat untuk tubuh
kita. Semua makhluk dalam hidupnya memerlukan zat putih telur, manusia untuk
melanjutkan hidupnya perlu akan zat putih telur.”
Kita dapat
membuat tulisan itu menjadi efektif seperti berikut:
“Semua makhluk
hidup memerlukan zat putih telur yang berasal dari telur dan daging ayam.
Manusia adalah makhluk hidup. Jadi, manusia memerlukan zat putih telur yang berasal
dari telur dan daging ayam untuk melanjutkan hidupnya. Dapat dikatakan bahwa
telur dan daging ayam sangat bermanfaat bagi tubuh.”
4.
Pemakaian kata-kata yang kurang sesuai ragam bahasanya.
“Sehubungan
dengan hal itu Takdir Alisyahbana bilang bahwa hal bahasa Indonesia dapat
menjadi bahasa internasional.”
Pemakaian kata
bilang tidak tepat untuk ragam bahsa keilmuan, sehingga kata-kata tersebut
sebaiknya diganti dengan mengatakan.
5.
Konstruksi yang bermakna ganda.
Suatu kalimat dipandang
dari sudut tata bahasanya mungkin tidak salah, namun kadang-kadang mengandung
tafsiran ganda (ambigu) sehingga tergolong kalimat yang kurang efektif. Kalimat
yang memiliki makna ganda dapat kita lihat pada kalimat-kalimat:
“Istri kopral
yang nakal itu membeli sepatu.”
Unsur yang nakal itu
menerangkan istri atau kopral ? Jika yang dimaksud nakal adalah istri, maka
kalimat itu seharusnya menjadi:
“Istri yang
nakal kopral itu membeli sepatu.”
6.
Penyusunan kalimat yang kurang cermat.
Penyusunan yang kurang
cermat dapat mengakibatkan nalar yang terkandung di dalam kalimat tidak runtut
sehingga kalimat menjadi kurang efektif.
“Tugas kemanusiaan
dalam suatu jabatan ialah untuk mengelola sejumlah manusia memerlukan
keprihatinan serta dedikasi yang tangguh.”
Kalimat
tersebut dapat diperbaiki seperti berikut:
“Tugas kemanusiaan
dalam suatu jabatan, yakni pengelolaan sejumlah manusia, memerlukan
keprihatinan serta dedikasi yang tangguh.”
7.
Bentuk kata dalam perincian yang tidak sejajar.
Dalam kalimat yang
berisi perincian, satuan-satuan dalam perincian itu akan lebih efektif jika
diungkapkan dalam bentuk sejajar. Jika dalam suatu kalimat perincian satu
diungkapkan dalam bentuk kerja, benda, frasa, maupun kalimat, perincian lainnya
juga diungkapkan dalam bentuk kerja, benda, frasa, maupun kalimat juga
(sejajar). Contoh kalimat yang perinciannya tidak sejajar:
“Kegiatan penelitian
meliputi pengumpulan data, mengklasifikasikan data, dan menganalisis data.”
Seharusnya:
“Kegiatan penelitian
meliputi pengumpulan data, pengklasifikasian data, dan penganalisisan data.”
2.4 Cara Menulis Kalimat Efektif
1.
Mengetahui Tujuan Tulisan
Suatu tulisan dibuat
pasti dengan tujuan tertentu, misal: mendidik, membujuk, menyuruh, atau berbagi
informasi. Bertanyalah pada diri sendiri: apa yang ingin dicapai oleh tulisan
kita? Dengan mengetahui tujuan tulisan, kita dapat menyusun kalimat-kalimat
yang mendukung pencapaian tujuan tersebut.
2.
Menentukan Gaya Penyampaian
Gaya penyampaian tidak
berarti mempermanis pesan yang pahit. Kita bisa menanggapi keluhan secara
efektif dengan cara menghilangkan kemarahan si pengeluh: “Kami memahami keluhan
Anda. Kami meminta maaf atas ketidakpuasan Anda.” Kemudian sampaikan pendapat
kita: “Kami menerima semua keluhan pelanggan kami secara sungguh-sungguh dan
mencoba untuk menangani penyebab keluhan tersebut”. Pesan yang kita disampaikan
akan lebih efektif jika kita menyampaikannya secara profesional.
3.
Menyampaikan Secara Positif
Menyampaikan gagasan secara
positif memudahkan pembaca menangkap pesan yang ingin kita sampaikan.
Menyampaikan pesan secara negatif memancing tanggapan negatif pula. Contoh
penyampaian secara negatif: “Mustahil bagi saya untuk memenuhi tenggat waktu
itu.” Alih-alih, sampaikan pesan secara positif, misal: “Mari kita bahas jadwal
dan tenggat waktu yang dapat kita tepati bersama.”
4.
Mengukur Keluaran
Keefektifan tulisan
dapat diukur dari keluarannya. Bertanyalah pada diri sendiri: bagaimana
tanggapan pembaca terhadap pesan yang kita sampaikan? Jika tulisan kita
efektif, pembaca akan memahami pesan yang kita sampaikan dan akan menjawab apa
yang kita perlukan atau menerima penjelasan kita. Contoh, jika kita menulis
tentang suatu produk terbaru dan kita menerima banyak permintaan akan
penjelasan lebih lanjut, berarti tulisan kita tidak mampu mencapai tujuannya,
yakni menjelaskan produk baru.
5.
Mengenali Pembaca
Pengenalan akan
pembaca sasaran membantu kita membentuk tulisan. Pikirkan tentang siapa yang
akan membaca tulisan kita, apa saja yang sudah mereka ketahui, dan bagaimana
menyajikan gagasan secara efektif bagi mereka. Contoh, dalam suatu laporan
internal perusahaan, kita bisa gunakan istilah atau singkatan yang telah
dipahami para rekan kerja. Dalam surat kepada pelanggan baru, kita harus
hindari istilah teknis dan sebaiknya menyertakan informasi tentang perusahaan
kita. Kita menulis tidak untuk memuaskan diri kita, tetapi kita menulis untuk
mencapai suatu tujuan.
6.
Mempertimbangkan Konteks
Kita sebaiknya tidak
hanya mengenali pembaca tulisan kita, tetapi juga aras formalitas yang pantas.
Beberapa tempat mengharuskan tulisan yang resmi profesional, sedangkan beberapa
tempat lain mungkin mengijinkan tulisan yang lebih santai dengan gaya tak
resmi. Ketika kita mewakili perusahaan kita, selalu sampaikan secara resmi,
misal: “Terimakasih Anda telah bersedia meluangkan waktu makan siang untuk
membahas proposal kami.” Ketika menulis untuk keluarga atau kawan, kita mungkin
tak perlu mengikuti sepenuhnya tata dan gaya bahasa, misal: “Terimakasih untuk
makan siang tadi! Senang bertemu
denganmu.”
Daftar Pustaka
v Kamus Besar
Bahasa Indonesia